5 Peluncuran Album Paling Inovatif yang Mengguncang Industri Musik.
Metrotvnews.com, Los Angeles: Peluncuran album bisa menjadi rutinitas yang monoton, dari siaran pers, sesi tanya jawab, atau peluncuran singel perdana. Di era digital ini, industri musik telah banyak berubah, begitu juga cara mempromosikan album baru.
Metode peluncuran album yang unik dan 'retweetable' (dapat diteruskan dari mulut ke mulut), tentunya lebih ampuh daripada selembar transkrip wawancara dan press release.
Berikut adalah perilisan album paling inovatif, yang merubah aturan main industri musik - mulai dari penjualan tengah malam, kejutan gratis sampai reality games.
1. Use Your Illusion I &II, Guns N' Roses (1991)
Empat tahun. Itulah waktu yang dihabiskan fans Guns N 'Roses untuk menunggu lanjutan album Appetite for Destruction (1987). Ketika GN'R akhirnya menyelesaikan album terbaru mereka pada 1991, terungkap bahwa mereka memiliki materi yang cukup untuk merilis dua album sekaligus.
Tapi bukannya merilis album Use Your Illusion sebagai satu album standar dengan 2 disc set, Axl Rose dan kawan-kawan memilih untuk merilis double album, sebagai Use Your Illusion I dan Use Your Illusion II.
Ketika diumumkan bahwa album Use Your Illusion I & II akan dirilis tepat tengah malam, Selasa 17 September 1991, penggemar tidak bisa menunggu lebih lama barang satu menit lagi untuk membelinya. Ribuan orang rela antre di toko-toko musik di seantero AS menunggu tengah malam tiba. Mereka dengan sabar berbaris di luar toko-toko musik pada Senin malam, September 16, 1991 untuk mendapatkan album terbaru GN'R.
Use Your Illusion I & II dari GN'R adalah salah satu album pertama yang dirilis tengah malam dan sukses. Los Angeles Times melaporkan pada tahun 1991, lebih dari 1.000 toko kaset di Amerika tetap buka sampai tengah malam sehingga mereka bisa segera mencapai tanggal rilis resminya, 17 September. Geffen Record memperkirakan bahwa hampir 500.000 kopi dari album Use Your Illusion telah terjual pada Selasa pagi.
2. How to Dismantle an Atomic Bomb, U2 (2004)
Pada tahun 2004, Apple belum menjadi raksasa industri musik seperti sekarang ini. IPod dan iTunes masih dalam masa pertumbuhan, dan MP3 masih belum sepopuler CD. Dalam upaya uji coba pasar digital, Apple bekerja sama dengan band terbesar di planet ini, U2.
Di 2004, Bono dan kawan-kawan siap merilis How to Dismantle an Atomic Bomb, mereka bekerja sama dengan Apple untuk iklan komersial Apple yang memanfaatkan single Vertigo. Berikutnya, Apple meluncurkan iPod edisi terbatas yang lengkap terisi dengan seluruh diskografi U2, termasuk lagu-lagu yang belum pernah dirilis, tanda tangan laser engraved dan, tentu saja, album How to Dismantle an Atomic Bomb. Satu dekade kemudian, Apple dan U2 kembali bergabung untuk merilis Songs of Innocence yang menggemparkan dunia musik.
3. Year Zero, Nine Inch Nails (2007)
Sementara peluncuran album baru yang umum dilakukan hanyalah parade siaran pers dan peluncuran singel perdana, Trent Reznor dari Nine Inch Nails mengubahnya menjadi sebuah promosi yang immersive (menenggelamkan) dan adiktif (membuat ketagihan) dengan alternatif permainan realitas.
Semuanya dimulai dari sebuah flash drive USB portabel -yang sengaja diletakkan- di sebuah toilet dekat venue konser di Lisbon, Spanyol. Nine Inch Nails (NIN) manggung di tempat tersebut malam itu, dan USB itu berisi kumpulan lagu NIN terbaru serta petunjuk yang akan membuka situs internet tentang album terbaru NIN, Year Zero.
Reznor dan pembuat game 42 Entertainment menciptakan sebuah dunia online dystopian dan alur cerita yang memukau yang membantu menyebarkan berita tentang peluncuran album Year Zero dengan cara yang amat inovatif hingga tidak ada satu pun siaran pers yang sanggup mengalahkan kehebohannya.
Game realitas alternatif Year Zero menjadi sebuah hit dunia, HBO bahkan berencana mengubahnya menjadi sebuah drama TV, walaupun rencana tersebut akhirnya tak terlaksana.
4. In Rainbows, Radiohead (2007)
Penggemar Radiohead harus menunggu selama empat tahun untuk kelanjutan album Radiohead Hail to the Thief (2003), sampai sebuah posting di situs Radiohead "Dead Air Space" yang mengejutkan seluruh fans di seluruh dunia.
"Halo semua. Nah, album baru kami telah selesai, dan akan dirilis dalam 10 hari," tulis gitaris Jonny Greenwood. "Kami menyebut album itu In Rainbows."
Setelah terbebas dari label lama mereka, Parlophone dan Capitol, inovasi Radiohead betul-betul mengejutkan industri musik dengan menawarkan album baru mereka kepada fans dengan pilihan "membayar berapapun yang Anda inginkan".
Walaupun ada bonus tambahan untuk para penggemar hardcore yang merasa 'wajib' mengeluarkan uang untuk membeli album, penggemar yang tak ingin mengeluarkan uang sepeser pun dapat men-download gratis album In Rainbows.
Ternyata uji coba ini berhasil, Radiohead mengatakan, mereka menghasilkan lebih banyak uang dari In Rainbows daripada album mereka yang lain. Ditambah lagi, ketika album In Rainbows akhirnya dicetak dalam format CD pada Januari 2008, album tersebut telah menduduki puncak Billboard 200.
5. Elephant, The White Stripes (2003)
Sebagai pentolan the White Stripes, Jack White telah berusaha keras untuk menjaga jangan sampai album barunya bocor sebelum tanggal rilisnya. Ketika the White Stripes mengirimkan promo album Elephant kepada para pengamat musik, itu hanya dalam bentuk vinyl, sehingga untuk membuat digitalisasi album secara ilegal hampir mustahil.
Sementara dengan proyek sampingannya the Raconteurs, White menyusun rencana yang lain: Mengumumkan peluncuran album kedua Consolers of the Lonely hanya seminggu sebelum album itu mulai dipajang di toko musik, tanpa memberi celah sedikitpun untuk para pengamat melontarkan kritikan pedas atau para pengunduh ilegal beraksi.
Sayangnya , Rolling Stone berhasil membongkar rencana Jack White ketika album Consolers of the Lonely mulai bermunculan dalam daftar persediaan toko musik sebelum ia resmi mengumumkannya.
The Raconteurs akhirnya mengumumkan peluncuran album beberapa hari lebih awal dari yang direncanakan, mereka juga kesal karena gagal memberi kejutan. Kekesalan ini malah ditambah manuver iTunes, yang membuat Consolers of the Lonely tersedia secara digital sebelum album itu dirilis di toko musik. Tentu saja, Jack White semakin kecewa. (Rolling Stone)
No comments:
Post a Comment